Tradisi lokal perayaan Natal di Tanah Air ini tak kalah menarik dengan negara lain. Perayaan besar untuk memperingati kelahiran Yesus Kristus umumnya mengadakan dengan penuh sukacita dan menjadi kesempatan untuk bersatu kembali dengan keluarga. Di Indonesia, Kristen merupakan agama terbesar kedua, sehingga setiap wilayah di negara ini memiliki tradisi perayaan Natal yang khas dan unik. Tradisi-tradisi ini telah terwariskan secara turun-temurun sejak zaman nenek moyang, membawa serta makna mendalam yang mengakar kuat. Berikut adalah delapan ragam tradisi Natal di Indonesia yang menarik untuk diketahui. Ayo simak!
Tradisi Lokal Perayaan Natal di Tanah Air
1. Marbinda di Sumatera Utara

Masyarakat Batak Toba di Sumatera Utara punya tradisi turun menurun bernama marbinda untuk menyambut Hari Raya Natal. Marbinda adalah tradisi menyembelih hewan semacam babi dan kerbau yang biasanya digelar pada 24 Desember. Mengutip dari detikSumut, biaya marbinda untuk membeli hewan sembelihan diperoleh dari urunan warga selama satu tahun. Setelah disembelih, daging akan dibagikan kepada warga secara merata. Bagi masyarakat Batak Toba, tradisi marbinda mengajarkan nilai kebersamaan, senasib sepenanggungan, dan keadilan.
2. Rabo-Rabo di Jakarta

Lain halnya Ibu Kota Jakarta, tradisi Natal dan tahun baru yang unik di sini terkenal dengan nama rabo-rabo. Tradisi khas ini ditemukan di Kampung Tugu, Kawasan Cilincing, Jakarta Utara. Kawasan ini merupakan tempat tinggal bagi orang Indonesia keturunan Portugis. Kata rabo sendiri dalam bahasa Portugis artinya ekor. Jadi, rabo-rabo diibaratkan keluarga yang disinggahi wajib masuk dalam rombongan seperti mengekor untuk mendatangi rumah-rumah berikutnya.
Selama rabo-rabo, warga bersilaturahmi mengunjungi rumah sanak saudara sekampung, sambil diiringi musik tradisional keroncong Tugu. Biasanya, rabo-rabo dilakukan setelah warga melakukan misa dan menyekar kuburan di sekitar gereja. Puncak perayaan rabo-rabo menandai dengan tradisi mandi-mandi, yaitu mencoreng wajah satu sama lain menggunakan bedak putih. Menurut kepercayaan, kegiatan tersebut melambangkan penebusan dosa dan permintaan maaf untuk menyambut Tahun Baru dalam keadaan bersih.
3. Wayang Wahyu di Yogyakarta

Tak kalah unik dengan daerah lainnya, perayaan Natal di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memeriahkan dengan pentas kesenian wayang wahyu. Wayang wahyu ialah pertunjukan wayang kulit yang bertema kelahiran Yesus Kristus. Bukan sekadar pertunjukan kesenian wayang biasa, wayang wahyu juga menjadi sarana akulturasi budaya dan sarana untuk menyampaikan firman Tuhan. Keistimewaan lainnya adalah hadirnya nuansa lokal saat ibadah Natal. Para pemuka agama akan mengenakan kostum khas Yogyakarta, seperti blangkon dan beskap, kemudian mereka memimpin ibadah dalam bahasa Jawa.
4. Ngejot dan Penjor di Bali

Bali terkenal sebagai daerah dengan toleransi agama yang sangat tinggi. Meski penduduk Pulau Dewata mayoritas pemeluk Hindu, namun daerah ini memiliki sejumlah tradisi unik di momen Natal, termasuk ngejot dan penjor. Ngejot adalah tradisi Natal yang melakukannya dengan saling mengantarkan bingkisan makanan khas Bali kepada keluarga dan tetangga, seperti lawar urap dan sate babi. Sementara itu, penjor adalah hiasan ornamen khas Bali berupa batang bambu tinggi melengkung yang terhias janur.
Tradisi penjor, yang bermakna kesejahteraan dan kemakmuran, terinspirasi dari perayaan Galungungan yang umat Hindu lakukan. Menjelang Natal, ornamen penjor beserta gebogan bunga biasanya dipasang di sekitar rumah dan gereja. Selain itu, pemeluk agama Kristen di Bali biasanya merayakan hari Natal dengan mengenakan pakaian adat Bali. Daerah tertentu di Bali juga punya ritual menjelang Hari Raya yang berbeda. Mengutip dari detikBali, umat Katolik di daerah Palasari memiliki kebiasaan menyekar ke kuburan menggunakan canang dan dupa seperti umat Hindu Bali. Dupa bahkan ikut terpakai dalam upacara Natal mereka di gereja.
5. Meriam Bambu di Flores

Selanjutnya, ada adat istiadat meriam bambu yang masyarakat Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) lakukan. Pada mulanya, suara menggelegar dari meriam bambu bertujuan untuk mengumumkan kabar duka, lantaran keterbatasan transportasi antar desa. Namun, seiring berjalannya waktu, meriam bambu berguna untuk mengekspresikan kegembiraan atas kelahiran Tuhan Yesus. Saat malam Natal tiba, masyarakat Flores akan menyalakan meriam bambu di setiap sudut kota hingga tahun baru.
6. Kunci Taon di Manado

Orang-orang Suku Minahasa di Manado, Sulawesi Utara, mayoritas beragama Kristen. Di sini, umumnya perayaan Natal telah berlangsung sejak 1 Desember sampai Hari Raya Natal tiba. Untuk menutup rangkaian kemeriahan Natal yang berakhir pada minggu pertama Januari, dilakukanlah tradisi kunci taon. Biasanya, kegiatan ini biasa melakukannya menjelang tahun baru. Melansir dari CNN Indonesia, sebelum melaksanakan tradisi kunci taon, masyarakat terlebih dahulu mengunjungi dan membersihkan makam para kerabat, lalu makan bersama di sana. Kemudian, barulah warga akan melakukan pawai keliling kota sambil mengenakan kostum bertema Natal.
7. Bunyi Sirine dan Lonceng di Ambon

Ciri khas perayaan Natal di Ambon yang paling populer adalah sirine kapal dan lonceng gereja. Keduanya berbunyi secara bersamaan ketika Natal tiba. Selain itu, warga Kota Naku, Leitimur Selatan, juga mengadakan tradisi khusus lain berupa upacara adat penyucian sebagai pengampunan dosa. Ritual adat ini melakukannya secara berkumpul di rumah komunitas warga. Setelah itu, mereka akan menyanyikan lagu-lagu dalam bahasa daerah dan menari dengan iringan alat musik tradisional tifa. Para perempuan pun akan membawa sirih, pinang, dan minuman tradisional bernama sopi.
8. Barapen di Papua

Tradisi barapen khas Papua selalu melakukan dari tahun ke tahun sebagai ekspresi kegembiraan, rasa syukur, dan kebersamaan menyambut kelahiran Yesus Kristus. Ritual ini melibatkan pembakaran batu yang berguna untuk memanggang babi sebagai hidangan makan bersama.
Sebagai persiapan upacara, penduduk laki-laki setempat akan membuat lubang untuk meletakkan batu panas. Lubang tersebut lalu memasukkan daun pisang untuk memasak daging babi, terakhir menutupnya dengan daun tebal dan batu sampai tiga tingkat. Sementara itu, kaum perempuan akan menyiapkan sayuran pelengkap seperti ubi jalar, kangkung, pakis, singkong, bayam, dan pepaya.