7 tradisi kuliner Jepang ini bisa kita ikuti agar tubuh menjadi lebih sehat. Orang Jepang memiliki tradisi dan tatanan khusus di meja makan mereka yang melibatkan tidak hanya cara penyajian yang cermat, tetapi juga pemilihan makanan yang menyehatkan. Lantas, apa rahasia di balik tradisi makan orang Jepang ini?
Masakan Jepang terkenal dengan cita rasa lembut, penyajian yang teliti, dan manfaatnya untuk kesehatan. Tradisi dalam penyajian makanan Jepang telah berlangsung selama berabad-abad, mencerminkan perhatian mereka terhadap tidak hanya rasa, tetapi juga nilai gizi makanan.
Penasaran dengan rahasia di balik makanan yang tersaji di meja makan orang Jepang? Berikut adalah penjelasan mengenai tradisi dan etiket makan Jepang, seperti yang melansir dari Times of India.
7 Tradisi Kuliner Jepang Menarik Diikuti agar Lebih Sehat
1. Pakai bahan segar dan musiman
Masakan Jepang sangat menekankan pada penggunaan bahan-bahannya. Orang Jepang biasa menggunakan bahan segar dan musiman. Hal ini tidak hanya memastikan makanan memiliki rasa lezat, tetapi juga ada nilai gizi yang didapat dalam setiap suapan.
Dengan fokus pada hasil bumi atau bahan alami musiman, orang Jepang pun bisa menikmati berbagai macam makanan dengan rasa berbeda sepanjang tahun. Hal ini juga mendukung para petani lokal.
2. Makanan bergizi seimbang dan kaya nutrisi
Makanan tradisional Jepang juga terbuat dengan mementingkan keseimbangan nutrisi. Seringkali makanan Jepang terdiri dari kombinasi nasi, ikan, sayuran, acar, dan sup. Variasi ini memastikan mereka mendapat asupan protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral yang lengkap.
Menerapkan hal ini dapat membantu menciptakan makanan dengan nilai gizi seimbang. Dengan begitu, makanan yang disantap menghadirkan semua nutrisi penting untuk tubuh. Makanan bergizi seimbang juga disebut ichiju-sansai, yaitu struktur makanan tradisional yang mencakup satu sup (ichiju) dan tiga lauk (sansai), dan nasi.
3. Porsi kecil dan presentasi menarik
Ciri masakan Jepang ada pada kontrol porsi dan penyajiannya. Alih-Alih menyajikannya dalam porsi besar dan berlebihan, makanan Jepang biasa disajikan dalam piring kecil. Porsi kecil juga menghindari orang makan berlebih.
Setiap makanan juga memiliki penampilan yang cantik dan menarik. Hal ini mendorong orang untuk makan dengan penuh semangat. Penampilan yang menarik juga menekankan pada estetika makanan. Pengalaman makan pun menjadi lebih nikmat.
4. Konsumsi makanan fermentasi
Orang Jepang juga seringkali menambahkan menu makanan yang telah difermentasi. Misalnya, miso, soy sauce, hingga acar sayuran yang memadati meja makan mereka. Makanan fermentasi yang kaya akan probiotik ini mampu mendukung kesehatan usus dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Menyertakan makanan fermentasi dalam makanan dapat meningkatkan pencernaan dan berkontribusi pada kesehatan secara keseluruhan.
5. Menambahkan makanan laut
Daripada protein hewani dari unggas, meja makan orang Jepang lebih banyak dilengkapi dengan lauk dari makanan laut. Sebagai negara kepulauan, makanan laut juga menjadi sumber utama protein mereka, terutama ikan.
Ikan berlemak, seperti salmon dan makarel kaya akan asam lemak omega-3 yang penting untuk menjaga kesehatan jantung. Menambahkan lebih banyak makanan laut juga dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung dan menyediakan sumber protein sehat.
6. Rutin minum teh hijau
Orang Jepang juga dikenal memiliki tradisi minum teh, terutama teh hijau. Teh hijau tak sekadar minuman biasa, tetapi juga menjadi praktik budaya yang sarat dengan ritual dan kesadaran masyarakat.
Selain menjadi sumber budaya, teh hijau juga dikenal dengan manfaatnya. Teh ini kaya akan antioksidan yang mampu mendukung metabolisme, mendetoksifikasi tubuh,d dan meningkatkan ketenangan. Oleh karena itu, memasukkan teh hijau ke dalam menu harian dapat meningkatkan kesehatan fisik dan kejernihan mental.
7. Menghormati makanan
Di Jepang, waktu makan merupakan bagian yang dihormati dan dijunjung tinggi. Tradisi mereka dalam mengucapkan ‘itadakimasu’ sebelum makan merupakan ungkapan rasa terima kasih atas makanan dan semua pihak yang berkontribusi dalam persiapannya. Tradisi ini menumbuhkan apresiasi lebih dalam makanan dan dapat mengubah waktu makan menjadi momen refleksi dan koneksi.