Bekerja merupakan sebuah aktivitas yang tak terhindarkan dalam kehidupan hampir semua manusia. Aktivitas ini menjadi hal yang wajar, mengingat bahwa manusia harus memenuhi beragam kebutuhan hidupnya dengan menggunakan uang yang diperoleh melalui pekerjaan.
Bekerja keras adalah suatu kewajiban yang harus diemban oleh setiap pekerja dengan tujuan untuk mencapai hasil kerja yang maksimal. Meskipun begitu, seperti yang dilansir oleh CNBC, tidak ada yang terlepas dari kemungkinan melakukan kesalahan dalam bekerja, terutama di jam-jam rawan, seperti yang akan diulas dalam artikel ini.
Waktu Paling Rawan dalam Bekerja
Tingkat produktivitas dan akurasi dari seorang pekerja akan menurun di waktu siang hari. Fakta ilmiah yang satu ini dirilis dalam sebuah jurnal ilmiah PLOS ONE yang memuat studi terkait. Dalam penelitian tersebut, peneliti mempelajari 800 orang yang berprofesi sebagai pekerja kantoran—selain pekerja lepas atau remote—selama kurun waktu 2 tahun.
Tidak seperti studi lain yang menilai produktivitas pekerja, studi yang satu ini tidak mengandalkan evaluasi pribadi atau umpan balik dari manajer dalam menyimpulkan klaimnya. Dibandingkan penelitian sebelumnya dalam topik serupa, data penggunaan komputer dalam hal kecepatan mengetik, aktivitas tetikus, hingga kesalahan dalam pengetikan menjadi fokus utama dari penelitian ini.
Berdasarkan data yang dihimpun dari penelitian itu, terbukti bahwa pada siang hari pekerja cenderung sering melakukan kesalahan ketik. Kemudian pada Jumat siang, terlihat adanya penurunan aktivitas penggunaan komputer sekaligus peningkatan kesalahan ketik.
Hasil dari penelitian ini senada dengan penemuan lain yang menunjukkan bahwa jumlah tugas yang diselesaikan pekerja dari Senin hingga Rabu akan terus mengalami peningkatan, tetapi kemudian menurun pada Kamis dan Jumat.
Perlunya Fleksibilitas dalam Lingkungan Kerja

Penulis dari hasil penelitian ini menyatakan bahwa penelitian ini menambahkan bukti yang menguatkan klaim bahwa lingkungan kerja harus menetapkan aturan yang lebih fleksibel. Aturan kerja yang fleksibel, seperti hybrid working—perpaduan WFO dan WFH—atau 4 hari kerja dalam seminggu, dapat membantu mengatasi dampak negatif dari hari kerja yang panjang dan meningkatkan produktivitas serta kesejahteraan pekerja.
Namun, meskipun ide tentang fleksibilitas hari atau jam kerja dalam seminggu memang merupakan ide yang baik, jajaran manajer atau direksi juga perlu mempertimbangkan banyak poin sebelum mengadopsi aturan ini.
Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh pihak manajemen adalah mengenai cara anggota tim untuk bersinergi dengan satu sama lain dalam mengelola pekerjaannya agar bisa menyesuaikan dengan deadline-deadline yang harus dipenuhi oleh perusahaan.