Sabtu, 16 Agustus 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Cagar Alam Pangandaran, Jejak Hilangnya Peradaban Hindu di Tanah Sunda

Cagar Alam Pananjung Pangandaran terletak di Kabupaten Pangandaran, bersebelahan dengan Taman Wisata Alam Pangandaran yang merupakan tujuan populer di Jawa Barat. Awalnya dikenal sebagai Taman Buru pada tahun 1922, wilayah ini kemudian dinyatakan sebagai Cagar Alam melalui SK Menteri Pertanian Nomor 34/KMP/1961 pada tanggal 20 April 1961.

Keputusan ini diambil setelah penemuan spesies Rafflesia yang tumbuh di kawasan cagar alam ini. Rafflesia adalah tumbuhan parasit dengan bunga terbesar yang memiliki aroma busuk. Luar biasa bahwa Rafflesia dapat tumbuh di tanah Jawa, mengingat habitat alami sebagian besar spesies Rafflesia berada di hutan hujan Bengkulu, Pulau Sumatera.

Selain Rafflesia, Cagar Alam Pangandaran juga menjadi tempat hidup berbagai fauna langka. Di antaranya terdapat kera, lutung, landak, merak, rusa, kancil, ayam hutan, dan bahkan ular sanca. Kawasan pesisirnya dikenal dengan formasi karang batu yang memukau, menciptakan habitat bagi beragam ikan hias dan fauna karang lainnya.

Situs Sejarah dan Peradaban yang Hilang

Kehadiran Cagar Alam Pangandaran juga mengungkapkan sejarah hilangnya peradaban Hindu yang dulunya berjaya di tanah Sunda. Bukti ini terlihat dari penemuan Situs Batu Kalde, yang ditemukan pada tahun 1985 dan diteliti oleh Puslit Arkenas. Para arkeolog menganggap bahwa Situs Batu Kalde awalnya adalah candi yang kemungkinan terkubur karena letusan gunung berapi atau terlantar selama berabad-abad.

Kita tidak memiliki informasi pasti mengenai pemilik atau fungsi pasti candi ini. Hanya ada petunjuk dari laporan perjalanan Bujangga Manik pada abad ke-15 M, yang menceritakan kunjungannya ke desa Pananjung yang berada di tanjung yang menghadap ke laut selatan. Bujangga Manik adalah seorang pendeta Hindu, yang mengindikasikan bahwa Situs Batu Kalde mungkin memiliki hubungan dengan agama Hindu.

Tak jauh dari Situs Batu Kalde, terdapat Gua Cirengganis yang dikaitkan dengan legenda petilasan Raden Anggelarang dan Dewi Samboja atau Dewi Rengganis. Cerita rakyat menyebutkan bahwa Dewi Rengganis menghilang di gua ini saat dikejar oleh orang-orang Bajo. Gua Cirengganis memiliki sumber mata air yang konon memiliki manfaat untuk awet muda. Saat ini, gua ini menjadi objek wisata religi yang terkenal.

Selain itu, ada beberapa gua buatan oleh peninggalan Jepang pada tahun 1943, yang tersebar di Bukit Cagar Alam, Bukit Pasir Putih, dan Bukit Badeto Ratu. Gua-gua ini awalnya berfungsi sebagai tempat penyimpanan senjata, pengintaian musuh, dan penahanan tawanan. Banyak tahanan Belanda yang disiksa hingga meninggal dunia di gua-gua ini.

Tempat menarik lainnya termasuk Gua Parat dan Gua Panggung yang menjadi makam ulama yang menyebarkan agama Islam di Pangandaran. Syekh Ahmad dan Syekh Muhammad dimakamkan di Gua Parat, sementara Ki Jaga Lautan dimakamkan di Gua Panggung. Ulama-ulama ini datang langsung dari Mesir ke Pangandaran. Untuk masuk ke dalam kawasan cagar alam, dikenakan biaya sebesar Rp 16.000 pada hari kerja dan Rp 21.000 pada akhir pekan, belum termasuk biaya tambahan seperti pemandu.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles