Rabu, 2 Juli 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Muammar Khadafi: Pemimpin Terkaya yang Hartanya Hilang dalam Sekejap

Di dunia pernah ada seorang penguasa di suatu negara yang sempat dinobatkan sebagai pemimpin terkaya di dunia. Hartanya mencapai US$ 200 miliar atau setara dengan Rp 3.000 Triliun. Kekayaannya ini bahkan melebihi Raja Arab Saudi, Raja Thailand, dan Sultan Brunei. Namun, kekayaan yang begitu besar itu menguap dalam sekejap setelah negaranya diserang oleh Amerika Serikat. Siapakah sosok penguasa ini?

Muammar Khadafi: Pemimpin yang Berani Melawan Barat

Penguasa ini adalah Muammar Khadafi, atau Moammar Ghadafi, yang memimpin Libya sejak 16 Januari 1970. Dia dikenal sebagai pemimpin yang paling berani menentang hegemoni Barat. Khadafi berupaya menjalankan syariat Islam dan nasionalisme Arab di negaranya.

Salah satu langkah awal Khadafi adalah mengusir militer AS dan Inggris dari Libya, sekaligus menasionalisasi perusahaan-perusahaan asing. Perusahaan-perusahaan ini kemudian diatur sepenuhnya oleh negara, sementara swasta hanya diperbolehkan di sektor-sektor tertentu.

Namun, kebijakan Khadafi berubah seiring berjalannya waktu. Dia mulai merebut perusahaan-perusahaan perorangan, sehingga individu di Libya tidak dapat memiliki perusahaan sendiri. Semua perusahaan dikelola oleh negara.

Penguasa ini mengambil keuntungan dari pengendalian seluruh perusahaan dengan memasukkan keluarga dan rekan politik ke dalam manajerial perusahaan-perusahaan tersebut. Dengan cara ini, dia mendapatkan cuan besar.

Harta Luar Biasa: “Pria US$ 200 Miliar”

Semua keuntungan ini mengalir deras ke kantong pribadi Khadafi, yang menggunakan uang tersebut untuk hidup bermewah-mewahan. Dia sering membeli properti mahal di luar negeri dan mengadakan pesta super mewah. Menurut Forbes, dia dinobatkan sebagai “pria senilai US$ 200 miliar” dan menjadi salah satu pemimpin terkaya di dunia setelah Raja Arab Saudi, Raja Thailand, dan Sultan Brunei Darussalam.

Korupsi di Tengah Kemiskinan

Sayangnya, tindakan korupsi ini dilakukan saat rakyat Libya mengalami kemiskinan dan otoritarianisme. Sejumlah besar warga menganggur, banyak keluarga hidup dalam kondisi miskin, dan kebebasan berbicara sangat terbatas.

Akhir Penguasaan dan Kematian Khadafi

Kehidupan Khadafi berakhir tragis ketika gelombang Arab Spring memuncak pada tahun 2011. Demonstrasi besar-besaran di dalam negeri dan intervensi militer oleh Amerika Serikat dan NATO mengguncang rezimnya. Kepojaokan ini berujung pada serangan NATO yang menyebabkan posisinya semakin terpojok. Puncaknya terjadi pada Oktober 2011 ketika rombongan Khadafi yang hendak melarikan diri diserang oleh pesawat NATO.

Pada akhirnya, Khadafi ditemukan dan dibunuh oleh massa pada 20 Oktober 2011. Sejak saat itu, Libya memasuki era baru yang ditandai oleh perang saudara, dan nasib seluruh kekayaannya pun menjadi tidak jelas.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles