Ini yang terjadi di otak manusia saat memutuskan mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Nyatanya, tidak sedikit orang yang memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa setiap tahun ada sekitar 800.000 orang yang melakukan bunuh diri. Angka tersebut menempatkan bunuh diri sebagai salah satu penyebab kematian terbanyak kedua di dunia.
Ada beragam alasan yang melatarbelakangi keputusan bunuh diri seseorang. Namun tahukah kamu, ternyata keputusan untuk mengakhiri hidup berkaitan dengan kondisi otak.
Manusia memiliki dua jaringan otak yang dapat memicu dan meningkatkan keinginan untuk bunuh diri. Hal ini terungkap melalui sebuah penelitian jangka panjang yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Cambridge.
Ini yang Terjadi di Otak Manusia saat Memutuskan Bunuh Diri
Sebuah penelitian dilakukan oleh dr Anne Laura Van Harmelen bersama timnya dari Universitas Cambridge, terkait keinginan bunuh diri pada seseorang. Dalam penelitian tersebut, tim mengamati perubahan struktur dan fungsi otak dari 12.000 orang peserta yang terlibat. Peneliti kemudian menemukan bahwa manusia memiliki dua jaringan otak yang bisa meningkatkan keinginan untuk bunuh diri.
Jaringan pertama disebut dengan prefrontal cortex ventral dan lateral. Jaringan ini menghubungkan area otak frontal atau bagian depan serta bertugas dalam mengatur emosi. Ada beragam faktor yang bisa menyebabkan terjadinya perubahan pada jaringan tersebut. Saat terjadi perubahan, akan tercipta pikiran negatif yang berlebihan.
Sementara jaringan kedua memiliki fungsi menghubungkan korteks prefrontal dorsal dan sistem gyrus frontal inferior. Jaringan ini berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan serta mengendalikan perilaku seseorang. Perubahan yang terjadi pada bagian ini, terutama yang bersifat negatif bisa meningkatkan atau memicu keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri.
Saat ada perubahan pada kedua jaringan ini, seseorang menjadi rentan berpikiran negatif dan berujung pada bunuh diri. Peneliti berharap temuan ini kedepannya bisa bermanfaat untuk membantu menekan angka bunuh diri di dunia.
Saat ini, bunuh diri menjadi penyebab kematian nomor dua, di mana yang paling sering dilakukan oleh usia muda antara usia 15–24 tahun. Organisasi kesehatan dunia (WHO) bahkan mengatakan bahwa ada satu orang yang meninggal karena bunuh diri setiap 40 detik.
Baru-baru ini, Korea Selatan disebut sebagai salah satu negara yang mengalami peningkatan angka bunuh diri. Dalam tahun 2019 saja, tercatat ada 4 artis Korea yang memutuskan bunuh diri. Kasus bunuh diri artis ini dikaitkan dengan kondisi depresi. Suicide awareness voices of education (SAVE) mencatat bahwa depresi menjadi penyebab tersering seseorang bunuh diri.
Laki-laki disebut memiliki risiko hingga 4 kali lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri dibanding perempuan. Namun, risiko depresi malah ditemukan lebih tinggi pada perempuan.
SAVE menyebut bahwa perempuan memiliki risiko lebih tinggi mengalami depresi, yaitu 2 kali lipat lebih besar dibandingkan laki-laki. Keinginan untuk bunuh diri pun cenderung lebih tinggi pada perempuan. Sayangnya, hingga kini kesadaran untuk mencegah perilaku bunuh diri belum banyak tumbuh.
Penelitian yang menyebut bahwa ada jaringan otak terkait keinginan bunuh diri diharapkan bisa membantu menurunkan angka kasus ini. Peneliti berharap penemuan ini bisa membantu tim medis dalam mengidentifikasi lebih awal serta mencegah terjadinya bunuh diri.