Kurang pasokan oksigen ke otot jantung menyebabkan nyeri angin duduk atau angina pectoris. Kondisi ini biasanya muncul saat melakukan aktivitas fisik atau ketika Anda berada dalam situasi stres atau emosional.
Rutinitas sehari-hari yang monoton menyebabkan sedikit aktivitas fisik dan seringkali menimbulkan tekanan. Risiko angina pectoris akut dapat menyebabkan penyakit jantung serius, meskipun ini terlihat seperti hal yang sederhana.
Ketahui tanda-tanda dan risiko angin duduk di bawah ini, meskipun gejala dapat mereda dengan istirahat yang cukup!
Pengertian angin duduk
Angin duduk adalah nyeri dada atau rasa tidak nyaman yang terus berulang karena jantung tidak mendapatkan cukup darah dan oksigen.
Dikutip dari Radiology Info, angina pectoris bukanlah serangan jantung, namun dapat menjadi salah satu gejalanya.
Hal ini terjadi ketika arteri yang membawa darah ke jantung menyempit dan tersumbat karena aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah.
Hal ini juga dapat terjadi karena:
- plak yang tidak stabil
- aliran darah yang buruk melalui katup jantung dan menyempit
- penurunan fungsi pemompaan otot jantung
- kejang arteri koroner
Tipe-Tipe Angin Duduk
Terdapat empat tipe angina pectoris menurut British Heart Foundation.
1. Angina stabil
Terjadi saat jantung bekerja lebih keras, seperti saat berjalan menanjak. Bisa hilang dengan istirahat.
2. Angina tidak stabil
Lebih parah dan berlangsung lebih lama daripada angina stabil, dapat terjadi bahkan saat beristirahat.
3. Angina vasospastic
Kondisi di mana arteri koroner mengalami kejang, menyempit, dan membatasi aliran darah ke jantung.
4. Angina mikrovaskular
Biasanya terjadi saat berolahraga atau stres, disebabkan oleh kejang pada arteri koroner terkecil yang membatasi aliran darah.
Gejala Angin Duduk
- rasa terbakar atau nyeri di dada, biasanya dimulai di belakang tulang dada
- rasa tidak nyaman pada rahang, leher, lengan, perut bagian atas, bahu atau punggung
- sesak nafas
- kelelahan
- berkeringat
- kram
- mual
- pusing
Penyebab Angin Duduk
Meskipun jantung berisi darah, otot-otot jantung tetap membutuhkan pasokan darah. Pasokan darah ini disalurkan melalui arteri koroner yang terletak di luar jantung.
Nah, angina pectoris terjadi ketika aliran darah ke otot-otot jantung tidak mencukupi. Hal ini biasa terjadi saat jantung membutuhkan suplai darah yang lebih tinggi dari biasanya, contohnya saat berolahraga.
Dikutip dari Gleneagles Hospital, berikut faktor lain yang dapat meningkatkan risiko angin duduk:
1. Diabetes
Diabetes dapat menyebabkan kerusakan pada dinding arteri dan mengganggu fungsi normal sistem kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah).
Hal ini meningkatkan kemungkinan terbentuknya plak aterosklerosis dalam arteri, yang dapat menghambat aliran darah ke jantung.
Akibatnya, risiko mengalami penyakit angin duduk menjadi lebih tinggi pada individu dengan diabetes.
2. Riwayat penyakit jantung dari keluarga
Risiko terkena angina menjadi lebih tinggi jika orang tua atau saudara kandung memiliki riwayat penyakit jantung.
3. Kadar kolesterol tinggi
Kolesterol tinggi dapat menyebabkan penumpukan plak di dalam arteri. Plak tersebut dapat menghalangi aliran darah ke jantung.
Akibatnya, ketika aktivitas fisik atau stres meningkat, jantung tidak menerima cukup oksigen yang dibutuhkan, dan berujung pada angina pectoris.
4. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi juga meningkatkan beban kerja jantung.
Jantung harus memompa lebih keras untuk mengatasi resistensi yang ditimbulkan oleh tekanan darah tinggi.
Hal ini dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen oleh jantung.
Jika pasokan oksigen tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka dapat timbul nyeri dada.
5. Kurangnya aktivitas fisik
Gaya hidup yang kurang aktif dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol, tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, dan obesitas, yang semuanya berkontribusi terhadap risiko angina.
6. Usia yang lebih tua
Usia yang lebih tua berhubungan dengan obesitas, tingginya kadar kolesterol darah, tekanan darah tinggi, dan diabetes.
Kelebihan berat badan membuat jantung harus bekerja lebih keras untuk memasok darah ke seluruh tubuh.
7. Stres
Ketika seseorang mengalami stres, terjadi pelepasan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin.
Hormon-hormon ini dapat meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, dan mengarah pada penyempitan pembuluh darah.
Hal ini dapat mengurangi aliran darah yang mencukupi ke jantung dan memicu terjadinya angina.
8. Merokok
Merokok dan terkena paparan asap rokok (perokok pasif) dalam jangka panjang dapat merusak dinding arteri.
Sehingga memungkinkan penumpukan kolesterol dan penghambatan aliran darah.