Mengenang sosok Marsinah yang merupakan sosok pejuang hak buruh ini penting bagi kita ketahui. Marsinah adalah seorang perempuan yang teranggap sebagai sosok tangguh dan inspiratif, terutama dalam konteks perjuangan buruh. Nama Marsinah sering kali terangkat dalam demonstrasi yang para pekerja lakukan.
Namun, siapa sebenarnya Marsinah? Untuk lebih memahami tentang perempuan pemberani ini dan perjalanan hidupnya, mari kita simak profil serta kisahnya di bawah ini!
Mengenang Sosok Marsinah, Perempuan Pejuang Hak Buruh
Profil Marsinah
Marsinah lahir di Nglundo, Nganjuk, Jawa Timur pada tanggal 10 April 1969. Ia merupakan putri kedua dari pasangan Astin (ayah) dan Sumini (ibu). Ia memiliki dua saudara perempuan, yaitu kakaknya bernama Marsini dan adiknya bernama Wijiati.
Saat berusia 3 tahun sepeninggal ibunya, Marsinah diasuh oleh sang nenek, Paerah. Mereka tinggal bersama paman dan bibinya. Meskipun masih kecil namun Marsinah rajin membantu neneknya menjual gabah dan jagung sepulangnya dari sekolah, sebagaimana melansir dari CNBC Indonesia.
Aksi Perjuangan Marsinah
Semasa hidupnya, Marsinah dikenal sebagai perempuan vokal yang menyuarakan keadilan dan memperjuangkan hak-hak buruh. Mengutip dari laman CNBC Indonesia dan CNN Indonesia, ia merupakan salah satu buruh yang bekerja di perusahaan arloji, yaitu PT. Catur Putra Surya di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.
Marsinah dibunuh pada masa Orde Baru. Ia ditemukan tewas secara mengenaskan di wilayah hutan Jati Wilangan, Desa Jegong, Kecamatan Wilangan Nganjuk pada tanggal 8 Mei 1993. Beberapa hari sebelum kematiannya, Marsinah memimpin unjuk rasa pada tanggal 3 dan 4 Mei karena pelanggaran sejumlah hak buruh yang dilakukan oleh perusahaan tempatnya bekerja itu.
Dalam aksi yang dipimpinnya, para buruh menuntut kenaikan upah dan melakukan mogok massal. Aksi ini berakar dari Surat Edaran Nomor 50/Th. 1992 yang dikeluarkan oleh Gubernur KDH TK I Jawa Timur yang mengimbau agar perusahaan menaikkan gaji karyawan sebesar 20 persen gaji pokok.
Para buruh menyambut positif hal ini, tapi tidak dengan pihak perusahaan. Kemudian Marsinah dinyatakan hilang pada 5 Mei setelah menyerahkan surat protes pada perusahaan hingga 3 hari berselang jasadnya ditemukan.
30 Tahun Berlalu, Kasus Kematian Marsinah Masih Belum Tuntas
Mengutip dari detikcom, penyebab kematian Marsinah sempat dipersoalkan oleh para aktivis, mahasiswa, buruh, hingga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pada saat itu. Aparat yang mengusut kasus ini pun telah menangkap 9 orang petinggi dan karyawan PT. Catur Putra Surya. Namun pada tanggal 29 April 1995, Mahkamah Agung membebaskan para terdakwa.
Sudah 30 tahun berlalu, tapi kasus kematian Marsinah masih belum tuntas dan pembunuhnya belum diadili. Beragam poster dan spanduk Marsinah hingga kini masih mewarnai berbagai aksi, seperti aksi Hari HAM Sedunia, aksi Kamisan serta aksi Hari Buruh atau May Day.
Para aktivis masih menuntut pengusutan secara tuntas kasus penculikan, penyiksaan, pemerkosaan, hingga pembunuhan yang terjadi terhadap Marsinah. Kasus ini merupakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat yang banyak disorot secara global.
Pahlawan Buruh Nasional
Meski sudah tidak membersamai para buruh secara langsung, tetapi nilai-nilai keadilan Marsinah akan selalu diingat dalam memperjuangkan kehidupan buruh yang lebih layak. Atas jasanya, Marsinah mendapat Penghargaan Yap Thiam Hien pada tahun 1993 dan mendapat gelar Pahlawan Buruh Nasional dari Partai Buruh pada tahun 2022 lalu.
Marsinah meninggal di usianya yang baru saja genap 24 tahun. Namun, selamanya ia akan dikenang sebagai sosok perempuan inspiratif yang menjadi simbol perjuangan dan perlawanan terhadap penindasan serta ketidakadilan yang dialami oleh para buruh.