Perbedaan sifat narsistik dan gangguan kepribadian narsistik ini sering kali salah kaprah bagi sebagian orang. Seringkali kita mengidentifikasi seseorang yang gemar berswafoto, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, atau senang membanggakan diri sebagai “narsis”. Banyak yang menganggap bahwa sifat narsis ini negatif, namun sebenarnya hal tersebut tidak selalu benar, lho!
Ada pandangan umum yang menyatakan bahwa narsisisme merupakan gangguan mental. Namun, sebenarnya, apakah hal ini sepenuhnya benar? Mari kita telaah pengertian tentang narsisme, gangguan kepribadian narsistik, dan perbedaan antara keduanya!
Narsisme
Melansir dari Psychcentral, narsisme merujuk pada perasaan mementingkan diri sendiri, di mana hal ini dapat dilihat dalam sebuah spektrum sifat kepribadian manusia yang bergerak dari arah narsisme sehat ke narsisme tidak sehat.
Menurut Dr. Kristi K. Phillips, seorang psikolog dari Minnesota, narsisme sehat berbicara tentang perasaan positif terhadap diri sendiri. Orang dengan citra diri yang sehat dapat menyeimbangkan harga diri yang tinggi dengan sikap prososial, yaitu hubungan interpersonal yang baik.
Sedangkan, narsisme patologis menyebabkan terganggunya hubungan sosial dan menimbulkan tekanan pada individu. Masih menurut Phillips, karakteristiknya dapat muncul berupa sifat otoriter, iri, rasa kebesaran diri, kedangkalan, hingga kurangnya empati dan rasa penyesalan. Sifat-sifat narsisme yang bertahan lama berpotensi membuat seseorang didiagnosis dengan gangguan kepribadian narsisistik.
Intinya, narsisme sehat berada pada satu sisi. Di tengah-tengah spektrum, beberapa sifat narsistik dapat muncul berdasarkan tingkat keparahannya. Sisi lain adalah narsisme patologis, yaitu taraf paling berat dari sifat narsistik yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari.
Gangguan Kepribadian Narsistik (NPD)
Gangguan kepribadian narsistik adalah kondisi kesehatan mental formal yang hanya dapat diidentifikasi oleh tenaga profesional berdasarkan buku panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5th edition (DSM-5-TR).
Untuk menegakkan diagnosis, setidaknya gejala harus memenuhi syarat tertentu dan muncul pada durasi waktu tertentu secara persisten. Gejala-gejala yang muncul membuat seseorang kesulitan untuk menjalani hubungan dengan orang lain, mengidentifikasi identitas diri, pekerjaan, dan gaya hidup.
Berikut merupakan 9 gejala formal dari Gangguan Kepribadian Narsistik:
- Kebesaran diri atau rasa mementingkan diri sendiri
- Fantasi akan kesuksesan dan kekuatan
- Rasa berhak
- Tidak menyadari tindakan narsistiknya
- Kebutuhan untuk dikagumi dan dipuji secara terus menerus
- Menggunakan taktik manipulasi untuk memanfaatkan orang lain
- Keterbatasan atau empati yang buruk
- Rasa kompetitif, ketidakpercayaan, dan kecemburuan
- Merendahkan dan menyombongkan diri pada orang lain
Perbedaan Sifat Narsistik dan Gangguan Kepribadian Narsistik
Pada intinya, sifat narsistik bisa jadi muncul sesekali pada kehidupan sehari-hari. Misal, kamu meyakini bahwa kamu lebih mahir dan berpengalaman daripada temanmu yang baru berkecimpung di suatu bidang. Sedangkan, gangguan kepribadian narsistik adalah hal yang harus dikonsultasikan pada profesional, karena gejalanya muncul di berbagai situasi secara terus menerus dan mengganggu kualitas hidup sehari-hari.
Selain itu, menurut Rachel Ann Dine, seorang konselor di Virginia, orang dengan sifat narsistik dapat mengetahui dan menyadari tindakannya telah menyakiti orang lain. Sedangkan, orang dengan gangguan NPD tidak menyadari dan tidak merasa bahwa tindakannya merugikan.
Perbedaan juga dapat ditinjau dari relasinya dengan orang lain. “Orang dengan sifat narsistik bisa jadi enggan untuk mengakui kesalahan atau menerima kritik, tetapi mereka masih bisa melakukannya meski di konteks yang terbatas, “ jelas Dine.
Lain halnya dengan orang dengan NPD, di mana ketika ia merasa orang lain tidak lagi menguntungkan atau malah menjadi ancaman baginya, ia akan “membuang” orang tersebut.