Gangguan bipolar adalah suatu kondisi kesehatan mental yang biasanya muncul pada akhir masa remaja atau awal dewasa muda. Individu yang terkena gangguan bipolar mengalami fluktuasi suasana hati yang melibatkan episode depresi dan mania.
Orangtua harus menjaga kewaspadaan karena perubahan suasana hati adalah pengalaman umum pada masa pubertas remaja, yang sebagian besar disebabkan oleh penyesuaian dengan perubahan fisik dan hormonal. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang gangguan bipolar dan bagaimana hal itu berkaitan dengan remaja. Hal ini bertujuan untuk membantu mereka mengenali tanda-tanda awal gangguan bipolar pada remaja.
Gejala Gangguan Bipolar pada Remaja
Saat gejala muncul selama masa remaja, perlu dipahami bahwa mereka mengalami banyak perubahan karena masa pubertas dan perubahan hormonal. Maka itu, dokter akan berhati-hati untuk memantau seorang remaja untuk memastikan bahwa ia tidak salah diagnosis pada perubahan suasana hati yang khas sebagai gejala gangguan bipolar.
Remaja yang mengalami bipolar akan mengalami episode mania (tinggi) dan suatu waktu mengalami episode depresi (rendah). Ini bukan periode normal kebahagiaan dan kesedihan yang dialami setiap orang dari waktu ke waktu. Sebaliknya, episodenya adalah perubahan suasana hati yang intens atau parah.
Gejala mania meliputi:
- Pikiran dan ucapan seakan balapan.
- Energi meningkat.
- Kebutuhan tidur menurun.
- Suasana hati meningkat dan optimisme yang berlebihan.
- Peningkatan aktivitas fisik dan mental.
- Lekas marah secara berlebihan, perilaku agresif, dan tidak sabaran.
- Penilaian yang buruk.
- Sembrono dalam membuat keputusan.
- Terburu-buru.
- Sulit konsentrasi
- Rasa mementingkan diri sendiri meningkat.
Sementara itu, gejala depresi yang bisa terjadi, yaitu:
- Kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari
- Suasana hati sedih atau mudah tersinggung yang berkepanjangan.
- Kehilangan energi atau kelelahan.
- Memiliki perasaan bersalah atau tidak berharga.
- Terlalu banyak tidur atau tidak bisa tidur.
- Tidak mampu berkonsentrasi.
- Tidak mampu menikmati kesenangan.
- Kehilangan nafsu makan atau makan berlebihan.
- Marah, khawatir, dan cemas.
- Selalu berpikir tentang kematian atau bunuh diri.
Pada orang dewasa, episode mania atau depresi berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, namun bisa lebih pendek. Pada anak-anak dan remaja, episode ini bisa jauh lebih singkat. Seorang anak atau remaja bisa bolak-balik antara mania dan depresi sepanjang hari.
Episode mania atau depresi dapat terjadi secara tidak teratur dan mengikuti pola yang tidak dapat diprediksi dengan episode mania yang selalu mengikuti periode depresi atau sebaliknya.
Di antara episode, seseorang dengan gangguan bipolar biasanya kembali berfungsi normal (atau mendekati normal). Namun, bagi sebagian orang, hanya ada sedikit atau tidak ada “periode istirahat” di antara siklus. Siklus mood swing ini dapat berubah perlahan atau cepat, dengan siklus cepat antara mania dan depresi menjadi lebih umum pada wanita, anak-anak, dan remaja.
Jika ayah dan ibu mengetahui anak didiagnosis memiliki gangguan bipolar, cobalah untuk mendampingi dan memahaminya. Orangtua perlu memiliki pemahaman yang lebih baik tentang perilaku anak remaja. Dengan begitu, tercipta pula kesempatan untuk membantu mereka untuk belajar mengelola gejala dan membangun kehidupan yang lebih kuat dan sehat.