Tugas penting orang tua adalah mendidik anak-anak mereka untuk masa depan yang lebih baik. Dalam proses ini, penting untuk diingat bahwa sikap dan disiplin yang diajarkan kepada anak perempuan dan anak laki-laki mungkin berbeda. Meskipun begitu, perlu memastikan bahwa pendekatan ini tetap seimbang agar kesehatan mental anak tetap terjaga.
Ketika mendidik anak laki-laki, banyak orang tua mengharapkan mereka tumbuh menjadi individu yang kuat, mandiri, tangguh, dan bertanggung jawab. Namun, penting untuk memahami bagaimana mendidik anak laki-laki dengan benar, tanpa mengesampingkan pentingnya menghindari konsep “toxic masculinity“. Mengingat bahwa pola asuh yang tidak tepat dapat berkontribusi pada masalah kesehatan mental pada remaja laki-laki, penting untuk menjalani pendekatan yang tepat dalam mendidik mereka.
Waspada Bahaya Toxic Masculinity
Toxic masculinity adalah istilah yang mengacu pada tekanan terkait dengan peran pria dan sifatnya pada lingkungan sosial. Bukan hanya berperan seperti pria, tetapi kondisi ini melibatkan tekanan ekstrem untuk melakukan berbagai hal yang membahayakan.
Orang dengan sifat ini akan berpikir bahwa perawatan tubuh hanya untuk wanita. Padahal, pria juga perlu merawat dirinya untuk menghindari berbagai gangguan kesehatan. Pria dengan sifat toxic masulinity ini mungkin akan memperlakukan tubuh mereka layaknya mesin, tanpa perawatan dan istirahat.
Selain itu, sifat maskulin biasanya erat dengan tindakan kekerasan, agresif, kerap menutupi emosi yang dirasakan, dan enggan melakukan hal yang berkaitan dengan citra wanita. Padahal, jika anak dibiarkan tumbuh dengan pola asuh yang salah, tentunya ini dapat berbahaya bagi kesehatan mental.
Berikut ini beberapa risikonya:
1. Stres
Anak-anak yang diasuh dengan maskulintas yang toksik dapat mengalami kondisi stres. Pasalnya, mereka berpikir bahwa pria tidak boleh mengungkapkan emosi dan perasaannya. Hasilnya mereka akan terus memendam perasaannya dan rentan mengalami kondisi stres. Bahkan, stres yang tidak dikelola dengan baik dapat memicu depresi ke depannya.
2. Kesepian
Sifat ini juga bisa memicu anak mengalami kesepian di masa pertumbuhannya karena merasa bisa melakukan semuanya sendiri.
3. Emosi yang Mudah Meledak
Para pria dengan maskulinitas yang toksik akan kesulitan untuk mengelola emosi mereka. Pasalnya mereka merasa bahwa mereka tidak boleh bersedih atau bahkan mengeluarkan air mata. Mereka merasa harus tetap tegar, apapun yang terjadi.
Akibatnya, mereka akan kesulitan untuk mengelola perasaan atau emosi negatif yang mereka miliki. Hasilnya, emosi mereka akan meledak-ledak dan sulit untuk dikendalikan.
Itulah beberapa dampak negatif ketika anak laki-laki dibesarkan dengan pola asuh toxic masculinity. Sebaiknya pastikan orang tua memberikan pendidikan dan membimbing anak secara tepat agar anak bisa berinteraksi dalam sosial dengan lebih baik.
Waspada Tanda Anak dengan Toxic Masculinity
Toxic masculinity bisa terlihat dari beberapa perilaku anak baik di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan bermainnya. Berikut tanda yang perlu diketahui, seperti:
- Merasa bahwa anak laki-laki tidak boleh menangis.
- Tidak mau membantu mengerjakan pekerjaan rumah, seperti memasak, menyapu atau mencuci. Sebab mereka merasa pekerjaan ini identik dengan kegiatan para wanita.
- Lebih banyak melakukan tindakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah.
- Tidak pernah mengungkapkan perasaannya.
- Kesulitan menunjukkan kasih sayang pada keluarga maupun teman.
Jika anak laki-laki ibu mengalami beberapa tanda tersebut, tidak ada salahnya untuk melakukan pendekatan pada anak dengan berbagai kegiatan yang positif. Setelah itu, ajarkan anak untuk mengelola emosi mereka secara sehat agar kesehatan mentalnya terjaga dengan baik.